Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Bikum

Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Bikum

Tuesday, June 21, 2011

Tanpa Mereka Siapalah Kita


Katakanlah: "Marilah, supaya aku bacakan apa yang telah diharamkan oleh Tuhan kamu kepada kamu, iaitu janganlah kamu sekutukan dengan Allah sesuatupun; dan hendaklah (kamu) membuat baik kepada ibubapa.” Al-An’aam 6:151.

Hari ibu telahpun berlalu pergi dan Hari bapa pula baru usai sahaja diraikan. Mereka adalah suatu lambang kasih sayang yang abadi. Tiada duanya. Tiada galang gantinya. Sesungguhnya, perjalanan hidup ini banyak mengajar tentang betapa tingginya nilai pengorbanan insan bergelar ayah dan ibu.

Ayah dan ibu....
Jasa dan pengorbanan mereka seluas lautan yang tak bertepi. Namun, acapkali kita alpa dengan apa yang mereka lakukan di sepanjang kehadiran insan bernama anak di bumi Allah ini. Namun sekalipun mereka tidak pernah terlupa. Kasihilah....dan sayangilah mereka selagi hayat mereka masih ada. Jangan ada penyesalan. Jangan ada kekesalan yang menggamit dalam hati selepas ketiadaan mereka.

Terlupakah kita.....
Saat di mana ibu keras berkeringat hingga berkerut sebujur wajahnya, bergelut menahan kesakitan yang membadai sekujur tubuhnya dan menjalar di setiap urat sendi tatkala menunggu masa untuk kita keluar dari rahimnya.

Terlupakah kita.....
Saat ayah berkeringat lesu, menunggu penuh kesabaran disulami debaran dan kerisauan di sebelah ibu sambil menggenggam tangannya erat, menyalurkan semangat dan kasih sayang tatkala kita hampir membuka mata melihat dunia.

Terlupakah kita.....
Saat itu ibu dengan penuh lemah namun berlimpahan kasih sayang, menatap wajah kita yang berlumuran darah sambil menitiskan airmata syukur gembira menyaksikan bayi yang sembilan bulan dikandungnya dalam penuh kepayahan kini muncul di depan mata.

Terlupakah kita.....
Saat ayah mengendong kita, melafazkan azan di cuping telinga kita dan mencium kita penuh syukur dan bangga kerana zuriat yang dinanti, selamat dilahirkan ke dunia tanpa masalah. Sempurna. Bersih.


Terlupakah kita...
Saat ibu berjaga siang dan malam, cuba menghentikan tangisan kuat kita akibat kembung perut atau bila terkena sawan tangis hingga airmatanya turut mengalir tanpa henti. Tidak di izinkan walau seekor nyamuk pun hinggap ke tubuh kita. Tidak sejuk dari embun malam, tidak panas dari terik mentari. Tidak lena tidur sang ibu kerana kita.

Terlupakah kita....
Saat ayah turut berjaga malam, membancuh susu dan menukar lampin menggantikan tugas ibu yang sudah keletihan kerana sehari suntuk menjaga keperluan kita. Kasih mereka tiada galang ganti walau mereka silih ganti menggalas tanggungjawab demi sebuah kesempurnaan dan kasih sayang abadi.

Terlupakah kita....
Saat ibu menggosok dan memakaikan baju sekolah, mengikat rambut kemas2, mengenakan stokin dan kasut sekolah, mengangkatkan beg sekolah dan memimpin kita ke sekolah setiap hari untuk menimba ilmu. Ada waktunya penuh sabar menanti di bawah panas mentari...di bawah renyai2 hujan yang turun membasahi.

Terlupakah kita....
Saat ayah bertungkus lumus menyediakan belanja ke sekolah, membayar yuran sekolah, membelikan buku2 sekolah dan kelengkapan lain agar kita dapat belajar dengan selesa walaupun berpeluh ayah mencukupkan duitnya hingga kadang2 terpaksa meminjam pula.

Terlupakah kita....
Saat ibu bergembira melihat kejayaan kita mendaki tangga universiti sambil menghulurkan sedikit bekalan agar anaknya tidak kelaparan dan kerinduan masakan dari air tangannya sendiri.
Enaknya masakan ibu.

Terlupakah kita....
Saat ayah tersenyum bangga bila kita berjaya memakai jubah dan topi sambil menggenggam segulung ijazah di hari konvokesyen yang cukup bersejarah.

Terlupakah kita....
Saat airmata ibu menitis hiba bila menerima gaji pertama kita walaupun duit bukanlah diminta sebagai balasan atas segala keringat dan pengorbanannya, sekadar ingatan dan kasih sayang kita terhadapnya.

Terlupakah kita.....
Saat ayah terkelu lidahnya bila kita hadiahkan jam tangan berjenama menggantikan jam tangan lamanya yang sudah hilang jarumnya dan retak seribu cerminnya.

Terlupakah kita....
Saat ibu ke hulu ke hilir tanpa lelah melayan saudara mara dan jiran tetangga yang berkunjung tatkala kita disandingkan di atas pelamin. Hanya senyuman terukir di bibir meski suaranya sudah terlekat di kerongkong.

Terlupakah kita....
Saat ayah turut bermandi keringat memastikan majlis perkahwinan kita berjalan penuh lancar agar kedua belah pihak sama2 berpuashati.

Terlupakah kita....
Saat bercahayanya wajah ibu tatkala menatap wajah cucu-cucunya dan sibuk mengadakan kenduri kesyukuran, naik buai, cukur jambul dan sebagainya.

Terlupakah kita....
Saat ayah bermain, bermesra dan bermanja dengan cucu-cucunya walaupun kudratnya sudah tidak kuat lagi dan sering termengah-mengah pula.


Terlupakah kita.....
saat kita jauh dari ibu sewaktu lebaran, ibu tidak lupa menyediakan juadah kesukaan kita dan cucu-cucunya sambil mengharapkan kita akan muncul di pintu rumah sewaktu takbir berkumandang.

Terlupakah kita.....
Saat kita jauh dari ayah sewaktu lebaran, ayah tetap menunggu kita penuh sabar. Kesedihan langsung tidak diperlihatkannya walaupun hatinya turut bersarat kerinduan yang tidak tertanggung lagi.

Dan kita benar-benar terlupa....
Saat sebelum ayah dan ibu ingin menutup mata buat selamanya, hatinya tidak putus2 berdoa memohon keampunan Tuhan untuk kita selain kesihatan, keselamatan dan kebahagiaan sepanjang hayat kita di dunia dan akhirat biarpun kita tergamak mengabaikan tanggungjawab, perhatian dan kasih sayang kita pula terhadap mereka. Sudah terlambat untuk segala ucapan maaf. Namun, demi tulus kasihnya untuk kita, dosa kita tetap akan diampunkan...




sumber : email dan sedikit garapan dari hati

p/s : Rahmatilah mereka...amin

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Sahabat2 Setia

izryn's blog Copyright © 2010 Premium Wordpress Themes | Website Templates | Blogger Template is Designed by Lasantha.