JIKA kita mengembara dalam alam fikiran manusia dari abad ke abad, maka tentu akan banyaklah gambaran dan ungkapan tentang formula kebahagiaan yang kita tahu, iaitu rumus dari unsur apakah kebahagiaan itu tersusun.
Namun sejajar dengan apa yang dikemukakan tadi, maka jalan yang paling tepat ialah kembali kepada Allah, iaitu kembali merenungkan dan mempelajari hikmah yang diajarkannya melalui Nabi-Nya Muhammad SAW. Kiranya tiada formula yang komposisinya lebih tepat, melainkan formula yang diberikan-Nya. Justeru formula-Nya, bukanlah hasil fikir insan yang berlebih kurang, melainkan formula yang Ia letak sendiri pada kenyataan alam yang kemudian dengan hikmah-Nya diberikan keterangan selengkapnya.
Namun sejajar dengan apa yang dikemukakan tadi, maka jalan yang paling tepat ialah kembali kepada Allah, iaitu kembali merenungkan dan mempelajari hikmah yang diajarkannya melalui Nabi-Nya Muhammad SAW. Kiranya tiada formula yang komposisinya lebih tepat, melainkan formula yang diberikan-Nya. Justeru formula-Nya, bukanlah hasil fikir insan yang berlebih kurang, melainkan formula yang Ia letak sendiri pada kenyataan alam yang kemudian dengan hikmah-Nya diberikan keterangan selengkapnya.
Adapun formula kebahagiaan secara mudah dapat diketahui dalam Al-Quran:
“Demi masa! Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Saling berpesan-pesan pada (menjalankan) kebenaran, dan saling berpesan-pesan menjalani kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3)
Jadi empat perkara yang memastikan manusia terhindar daripada kerugian dan kecelakaan dan itulah menjadi formula kebahagiaan:
Iman
Amal soleh atau takwa
Saling berpesan menjalankan kebenaran
Saling berpesan menjalankan kesabaran
Dengan demikian, orang yang luput dari empat faktor tersebut adalah manusia yang rugi. Sebaliknya orang memiliki keempat-empatnya adalah manusia yang beruntung dan berbahagia.
Iman sebagai faktor utama yang memungkinkan seseorang berbahagia, dijelaskan dalam ayat yang lain:
“Sesungguhnya telah berbahagia orang-orang yang beriman.” (Al-Mukminun: 1)
Sebaliknya tanpa iman, seseorang tidak akan mungkin mencapai dan menemukan kebahagiaan sejati.
“Lantaran itu, bukankah tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengadakan kedustaan atas nama Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya tidaklah akan berbahagia orang-orang yang berdosa.” (Yunus: 17)
“Dan barang siapa menyeru Tuhan yang lain berserta Allah, padahal tiada keterangan tentang itu, maka perhitungannya disisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak akan berbahagia.” (Al-Mukminun: 117)
Ketenteraman, kedamaian, kepuasan dan ketenangan yang dirasakan oleh orang-orang yang berbahagia itu, akan selalu diturunkan kepada orang-orang yang berdakap mesra keimanan dalam dadanya. Bahkan dengan ketenangan (sakinah) imannya akan bertambah-tambah.
“Dan supaya diketahui oleh orang-orang yang diberi ilmu, bahawasanya (ajaranmu) itu benar dari Tuhanmu, lalu mereka beriman kepadanya, lalu tenteram hati mereka dengan (ajaran) itu, kerana sesungguhnya Allah memimpin mereka yang beriman di jalan yang lurus.” (Al-Haj: 54)
“Dialah (Allah) yang menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang yang beriman, supaya bertambah iman mereka yang (yang sudah ada).” (Al-Fath: 4)
Allah SWT berfirman yang maksudnya:
“Maka Allah menurunkan perasaan tenteram atas Rasul-Nya dan atas orang-orang yang beriman.” (Al-Fath: 26)
Jaminan kebahagiaan dan ketenteraman orang-orang yang beriman, selama tidak dinodai iman mereka dengan kezaliman difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri kepercayaan mereka dengan kejahatan adalah bagi mereka keamanan (ketenteraman) dan merekalah orang-orang yang terpimpin.” (Al-An’am: 82)
Mereka orang yang telah tertunjuk hatinya dengan keimanan akam memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan.
“Dan kesejahteraan adalah teruntuk bagi sesiapa yang mengikuti petunjuk.” (Tha-ha: 47)
“Katakanlah! Sekalian puji kepunyaan Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih.” (An-Naml: 59)
Orang-orang yang beriman akan selalu bersuka hati dalam mensyukuri nikmat Allah SWT dan disitulah dia merasakan kenikmatan spiritual yang tidak didapati oleh orang-orang yang tidak beriman:
“Mereka bersukacita (bergirang hati) kerana memperoleh nikmat dan kurnia dari Allah. Dan (kerana) sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan ganjaran orang-orang yang beriman.” (Ali-Imran: 171)
Kenikmatan spiritual yang mententeramkan jiwa orang-orang yang beriman itu didapatinya dalam ingat (zikir) kepada Allah SWT dalam keadaan duduk, berdiri dan pada setiap waktu, akan dikurniakan Allah SWT dengan ketenangan hati. Ketenangan hati ini akan dipancarkan pada wajah. Oleh itu, orang-orang yang sentiasa mengingati Allah SWT sentiasa kelihatan ceria didalam kehidupan dunia dan akan berbahagia di alam akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Orang-orang yang beriman itu tenteram hati mereka lantaran ingat kepada Allah. Ketahuilah bahawa dengan mengingat Allah itu mententeramkan jiwa.” (Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan jiwa itulah sebagai pembangun kebahagiaan hidup. Sebaliknya orang yang hatinya kusut, kacau dan sedih, akan kehilangan kendali kerana ketiadaan iman, tentu tidak akan berbahagia. Demikian juga salah satu faktor pembangun kebahagiaan dalam jiwa orang yang beriman ialah jika diperdengarkan kepadanya keterangan-keterangan Alah SWT dan dibacakan ayat-ayatNya seperti dalam firmanNya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, takutlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya kian bertambah iman mereka dan kepada Tuhan mereka berserah diri.” (Al-Anfal: 2)
Seperti dimaklumi bahawa perasaan cemas (khauf) dan duka (huzn) adalah perkara yang menggangu ketenteraman dan kebahagiaan. Jika kedua perkara tersebut hilang, maka berbahagialah seseorang. Iman yang disertai istiqamah menghapuskan semua itu dan menggantikannya dengan gembira dan bahagia:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap lurus, nescaya turun atas mereka malaikat (yang berkata) bahawa janganlah kamu takut dan janganlah kamu berdukacita dan bergirang hatilah dengan syurga yang dijanjikan kepada kamu.” (Fussilat: 30)
Iman adalah mutiara kebahagiaan yang dirasakan sebagai nikmat yang paling agung dalam peribadi mukmin. Iman inilah yang membahagiakan hidup mereka dan menghapuskan segala kerunsingan dan kerisauan hidup dunia mereka. Allah SWT telah berfirman yang bermaksud:
“Sebenarnya Allah jualah yang telah melimpahkan nikmat kepadamu dengan memimpin kamu kepada keimanan, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17)
Bagi mukmin, iman itu terasa sebagai perhiasan yang begitu indah dan agung dalam jiwanya, firman Allah s.w.t:
“Tetapi Allah telah menimbulkan cintamu kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu sebagai perhiasan (indah) dalam hatimu dan ditumbuhkan pula oleh Allah rasa kebencian terhadap kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar. Sebagai kurnia dan kenikmatan dari Allah.” (Al-Hujurat: 7-8)
Kebahagiaan mukmin, lantaran iman dan takwanya meliputi dua alam, alam dunia yang sementara ini dan alam akhirat yang kekal abadi. Di dunia mereka tidak merasa takut kepada apapun. Mereka tidak takut ditimpa kemiskinan. Mereka tidak takut kelaparan, kekurangan makanan, pakaian dan sebagainya. Bahkan mereka tidak takut sekiranya keduniaan mereka kurang atau musnah sama sekali. Apa yang ditakuti oleh mereka adalah kekurangan agama dan takwa mereka kepada Allah SWT. Mereka sentiasa memeriksa keadaan agama dana amalan-amalan agama mereka. Orang yang seumpama ini, akan memperolehi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah telah berfirman maksudnya:
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak akan berdukacita. Iaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bagi merekalah kegembiraan dalam kehidupan dunia dan akhirat; tidak ada perubahan bagi janji Allah itulah kebahagiaan yang besar.” (Yunus: 62-64)
Setelah menikmati kebahagiaan dunia, maka pada puncaknya diakhirat kelak, orang beriman akan menikmati kebahagiaan yang kekal dan abadi berdasarkan janji Allah SWT:
“Allah telah berjanji kepada mukminin lelaki dan wanita akan menganugerahi mereka syurga yang mengalir padanya sungai-sungai, kekal di dalamnya dan tempat-tempat yang baik dalam syurga yang kekal, sedang keredhaan dari Allah adalah lebih besar.